Jumat, 25 Januari 2013


MENGOLAH SAWAH SECARA TRADISIONAL
Pengerjaan tanah pertanian atau perkebunan di negara barat boleh dikatakan sudah demikian modern. Alat-alat yang digunakan untuk mengerjakan tanah atau tanaman dalam skala besar hampir semuanya dilakukan dengan mesin. Hasil yang diperoleh daripadanya jelas lebih efektif. Peran bantuan orang lain dan binatang pada sisi ini menjadi lebih minimal. Mesinisasi pertanian ini juga terjadi di Indonesia. Traktor tangan sudah banyak digunakan di banyak tempat. Pengilingan padi sudah menggusur lesung dan alu.
Sekalipun demikian ternyata alat-alat pertanian tradisional, baik alat berat maupun ringan tetap masih digunakan oleh para petani di berbagai pelosok tanah air, termasuk di Yogyakarta. Luku yang ditarik kerbau atau sapi misalnya, masih banyak digunakan sekalipun traktor mesin juga mulai merambah tanah-tanah pertanian. Dari pendapat beberapa petani yang sempat ditemui TeMBI, luku yang ditarik binatang ternyata mata bajaknya lebih dalam menghunjam tanah sehingga kegemburan tanah pertanian bisa lebih dalam dibandingkan dengan hasil kinerja traktor mesin.
Mengapa para petani masih banyak yang menggunakan alat-alat tradisional meskipun harga alat pertanian modern tidak mahal ? Salah satu alasannya mungkin karena perawatannya tidak sederhana dan tidak murah. Mesin yang sudah rusak di pasaran akan jatuh harga jualnya sementara alat pertanian tradisional relatif lebih murah dan mudah perawatannya. Kecintaan atau hubungan emosional antara petani-binatang-tanaman-dan tanah nampaknya juga turut mempengaruhi keengganan petani menggunakan alat pertanian bermesin, kecuali barangkali gilingan padi. Berikut ini TeMBI menyajikan beberapa macam cara pengolahan tanah dan tanaman di Yogyakarta yang masih setia dengan cara-cara tradisional. Simak saja !

MENGOLAH SAWAH SECARA TRADISIONAL
MENGOLAH SAWAH SECARA TRADISIONAL
MENGOLAH SAWAH SECARA TRADISIONAL
MENGOLAH SAWAH SECARA 



1 komentar: